“Apakah kebenaran masih ada kalau tak ada yang percaya?” Pertanyaan itu jadi pembuka serial The Twisted Tale of Amanda Knox (2025) — dan jujur saja, itu juga pertanyaan yang cocok buat banyak hal di zaman ini: dari politik, gosip seleb, sampai… komentar netizen di X (Twitter).

Tapi, mari fokus. Serial ini mencoba mengulik kembali kasus nyata yang sempat mengguncang dunia: Amanda Knox, mahasiswi asal Amerika yang dituduh membunuh teman sekamarnya di Italia tahun 2007. Versi dramatisnya ini dibuat oleh K.J. Steinberg, yang tampaknya ingin kita menatap ulang kasus lama itu — tapi kali ini, dengan pencahayaan sinematik dan monolog batin yang terdengar seperti puisi Tumblr tahun 2010-an.

The Twisted Tale of Amanda Knox (2025): Saat Kebenaran Jadi Barang Langka

Dari Tukar Pelajar ke Tuduhan Pembunuhan

Episode pertama dibuka dengan Amanda yang kembali ke Italia tahun 2022 — bukan untuk liburan, tapi untuk menghadapi masa lalunya. Ia bersembunyi di jok belakang mobil, sementara ibunya tampak ingin berbalik arah. Mungkin wajar, mengingat tempat yang mereka datangi bukan sekadar kota indah di Eropa, tapi lokasi tragedi yang menandai hidup Amanda selamanya.

Lalu, kita dibawa mundur ke masa remajanya — gadis ceria dari keluarga pecah-belah yang ingin “menemukan jati diri” di negeri pizza dan pasta. Tapi bukannya menemukan cinta atau nilai A di kuliah, Amanda malah menemukan noda darah di kamar mandi dan pintu kamar sahabat yang terkunci. Dari situ, semua berubah jadi film kriminal sungguhan.

Polisi datang, tapi bukannya langsung menolong, mereka justru sibuk memeriksa ponsel dan bertanya yang tak relevan. Kalau kamu pikir prosedur hukum di film sering dibuat-buat, tunggu sampai kamu nonton ini — versi nyatanya jauh lebih absurd.


Polisi, Penerjemah, dan Kesalahpahaman Global

Ketika Amanda diinterogasi, polisi bersikeras tak perlu penerjemah. Karena, tentu saja, memahami bahasa asing itu overrated, kan? Hasilnya? Salah tafsir di mana-mana.

Amanda mencoba menjelaskan kalau darah yang ia lihat mungkin darah menstruasi. Tapi polisi menatapnya seperti ia baru saja mengaku membunuh Shakespeare. Ditambah lagi, rumor dari teman-teman sekamar yang bilang ia “tidak rapi dan suka bawa banyak pria ke rumah” — voila, citra buruk langsung terbentuk.

Tanpa bukti kuat, publik sudah punya vonis: Amanda Knox, si gadis jahat dari Seattle. Karena memang, apa lagi yang lebih menarik bagi media selain wanita muda, darah, dan misteri internasional?


Antara Realita dan “Drama Netflix”

Yang menarik dari The Twisted Tale of Amanda Knox adalah upayanya menyeimbangkan antara dokumenter dan drama fiksi. Tapi di awal, gaya narasinya malah terasa seperti dongeng urban — lengkap dengan narasi puitis dan pencahayaan yang terlalu lembut untuk kisah pembunuhan. Untungnya, begitu misteri kematian Meredith makin mendekat, nada ceritanya berubah jadi lebih realistis dan menegangkan.

Serial ini bolak-balik antara masa lalu dan masa kini, dan jujur, itu salah satu kekuatannya. Transisi yang cepat membuat penonton ikut terseret antara rasa penasaran dan frustrasi. Namun, ada satu hal yang terasa tergesa-gesa: bagaimana polisi langsung menuduh Amanda tanpa banyak alasan. Terlalu cepat untuk kasus serumit itu — tapi ya, begitulah dunia nyata kadang bekerja.


⚖️ Catatan dari Penulis Blog (iya, saya)

Sebagai penonton yang dulu sempat membaca berita kasus ini tahun 2007, saya menonton The Twisted Tale of Amanda Knox dengan dua rasa: nostalgia dan skeptisisme. Nostalgia, karena saya ingat bagaimana media kala itu memperlakukan Amanda seperti selebritas kriminal. Skeptisisme, karena saya tahu betapa mudahnya opini publik dibentuk oleh headline tanpa konteks.

Serial ini tidak sempurna — kadang terasa lebih sibuk menciptakan “aura misterius” daripada benar-benar menggali keadilan. Tapi tetap, ini tontonan yang menggigit. Setidaknya, ia mengingatkan kita bahwa “kebenaran” bukan hanya soal bukti, tapi juga siapa yang memilih untuk mempercayainya.

Dan mungkin, di situlah letak satir paling menyakitkan dari kisah Amanda Knox — bahwa di dunia yang suka menyebar opini, tak ada yang lebih menakutkan daripada menjadi orang yang benar… tapi tidak dipercaya.


Kesimpulan

The Twisted Tale of Amanda Knox (2025) layak ditonton, terutama kalau kamu suka kisah kriminal berbasis nyata dengan bumbu ketegangan dan ironi sosial.

Kisah ini bukan hanya soal kejahatan, tapi juga soal bagaimana dunia bisa jadi penjara paling besar — ketika opini publik menggantikan fakta.