Sejak pagi, saya tidak bisa lepas dari satu lagu: Estranged dari Guns N’ Roses. Nada gitar Slash yang melengking itu seperti magnet, menarik pikiran saya ke sudut-sudut kenangan yang lama terlupakan. Saya humming terus-menerus, over and over, sampai rasanya kepala ikut berdansa dengan beat dramatis itu. Rasanya seperti suara itu masuk ke aliran darah—dan saya belum siap menolaknya.

Hari ini saya habis berkutat dengan kustomisasi blog yang eror—memutar kode, memperbaiki tampilan, sampai mata lelah menatap layar. Rasanya butuh jeda. Blog personal ini jadi pelarian, dan di sinilah Estranged menemukan konteksnya. Lagu ini seperti teman bicara yang memahami kelelahan saya tanpa harus dijelaskan. Saya bahkan sempat membayangkan Slash muncul, memetik gitar di pojok kamar, sambil mengedipkan mata seolah berkata, “Santai saja, semua orang punya hari buruk.”

Blog, Kopi Dingin, dan Guns N’ Roses: Hari Bersama Estranged

Bagian dari liriknya yang berbunyi seperti seseorang yang berkata, “When I’m talkin’ to myself / And I’m talkin’ to you,” terasa begitu resonate. Ada kesepian, tapi juga keinginan untuk terhubung—perasaan yang sama saat saya menatap blog sendiri, memikirkan setiap kode, setiap tampilan, tapi tak ada yang menemaniku di sisi lain layar. Rasanya lucu sekaligus tragis: saya bercakap-cakap dengan diri sendiri, sementara inbox email menumpuk seperti bukti bahwa dunia nyata tidak peduli pada perasaan musikal saya.

Kenangan SMP tiba-tiba menyeruak. Masa-masa ketika segala sesuatu terasa halal untuk dicoba, bebas, dan penuh energi. Tidak ada deadline, tidak ada plugin yang bandel, tidak ada email masuk tiap lima menit. Hanya kebebasan murni, seperti memegang ponsel jadul dan mendengar kaset rock sambil membayangkan dunia terbentang tanpa batas. Lagu ini seakan menjadi jembatan antara saya yang sekarang—lelah, butuh ngaso—dan saya yang dulu, polos tapi berani bermimpi. Ada konflik batin di setiap nada, ada rasa kehilangan, tapi juga semacam catharsis: “I don’t know what I’m supposed to do / And it seems like I’m forever changed.”

Saya tersenyum sendiri. Humming lagu ini bukan sekadar kebiasaan; ini ritual kecil, cara untuk menenangkan diri, mengingat bahwa meski dunia kadang terasa dingin dan rumit, ada bagian dari diri saya yang ingin merasa hidup sepenuhnya. Di tengah tumpukan kode yang baru diperbaiki, plugin yang sebelumnya bandel, dan kopi dingin, lagu ini seperti pengingat: terasing itu wajar, asal jangan sampai lupa makan siang.

Jadi, saya biarkan Estranged mengalir, sambil mengetik ini di blog personal. Bukan hanya untuk berbagi cerita, tapi juga untuk menyimpan memori kecil—bahwa musik bisa menjadi teman yang paling sabar, paling dramatis, tapi juga paling jujur. Dan siapa tahu, besok pagi saya akan membuka blog lagi, humming lagu lain, sambil tersenyum karena masih punya ruang pribadi untuk tersesat dengan cara yang indah.